Apabila kita berdialog mengenai pengujian serta pengukuran pada performa maksimal pada mesin, kayaknya Mengenai tersebut tidak dapat dipisahkan dari pengujian Chassis Dynamometer maupun Engine Dynamometer, karena kedua pengujian tersebut memanglah digunakan buat melakukan pengujian pada mesin kendaraan denga menghitung torsi maksimal hingga RPM dari kendaraan.
Tata cara kerja dari peralatan pengujian Engine Dynamometer ini ialah, sehabis mesin berhasil dipasangkan pada power absorber, torsi dan juga kecepatan maupun RPM pada kendaraan akan mulai diukur dan dihitung dengan mengenakan sistem yang terdapat didalam peralatan pengujian. Ada sebagian bermacam power absorber yang bisa digunakan buat pengujian engine dynamometer antara lain semacam water brake absorber, motor listrik dan juga eddy current.
Sebaliknya itu ada 2 bermacam pengujian yang bisa digunakan dengan mengenakan peralatan pengujian ini, yakni pengujian akselerasi dan juga uji steady state. Apabila dibandingkan diantara kedua pengujian tersebut, tata metode pengujian akselerasi lebih banyak digunakan karena dalam pengujiannya pengujian ini mempu memberikan representasi kurva torsi maupun tenaga yang lebih luas dan juga lebih kilat.
Namun ketika mengenakan loadcell ada sebagian alibi kenapa output power tidak dapat dicoba pengukuran, salah satu sebabnya ialah karena gesekan baik itu gesekan mekanis ataupun gesekan aerodinamis pada kopling menuju ke dynamometer yang dapat mengurangi tenaga yang dapat ditransfer menuju ke dynamometer.
Tidak cuma digunakan buat melakukan pengukuran pada tenaga dan juga torsi maksimal pada mesin maupun kendaraan, sebagian tipe dari engine dynamometer ini dapat digunakan buat melakukan penganalisaan pada inersia dalam pengujian engine. Dengan melewati sebagian proses dari pengujian, serta dengan memakai aplikasi yang sangat mendukung didalam pengujian mesin.
Sumber: Dynamometer Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar